Pages

Senin, 10 Oktober 2011

"Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya")

Oleh : Abu Ibrahim Abdullah Bin Mudakir Al Jakarty

Beginilah kalau ditarbiyah dengan tarbiyah ikhwanul muslimin, jauh dari tarbiyah dan ilmu dien yang shahih (benar), sehingga melahirkan generasi seperti ibnu Abd Muis dan yang semisalnya, generasi yang jauh dari ilmu agama yang benar yang akhirnya berimbas pada setiap perkataan dan perbuatannya. Dilatarbelakangi kebodohan terhadap dien yang shahih dan kebencian terhadap salafi keluarlah sebuah cerpen yang jauh dari nilai ilmiah dan keadilan bahkan terkesan dzalim disebuah blog ikhwani, dengan judul " Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya ", sebuah cerpen yang seakan-akan mengumumkan bahwa penulisnya seorang yang sangat bodoh dan benci terhadap salafi sehingga menulis cerpen dengan judul dan tema seperti diatas. Berkata Syaikh Abdul Hamid Al Hajuri Hafidzahullah :
"Sebagaimana diketahui dari orang-orang yang Allah beri bashirah (ilmu) kepada kebenaran, sunnah dan jalannya salaf bahwasannya dakwah ikhwanul muslimin dibangun diatas kebodohan dari hari pertamakali dibangun". (An Nasihat Wal Bayan Lima Alahi Hizbi Ikhwan, Syaikh Abdul Hamid Al Hajuri : 65) Hadirnya tulisan ini insya Allah akan membuktikan apa yang telah saya utarakan pada pembukaan diatas dan sebuah penjelasan terhadap cerpen tersebut sebagai bentuk amar ma'ruf nahi mungkar dan nasehat kepada umat. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:
"Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung". (Qs. Ali Imran: 104) Dari Abu Ruqayah Tamiim Bin Aus Ad-Daari bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassam bersabda:
"Agama adalah nasehat" kami (para sahabat) berkata untuk siapa wahai Rasulullah, Rasulullah berkata: Untuk Allah, Rasul Nya kitabNya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin seluruhnya". (HR. Muslim)

Judul Cerpen:
Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya Oleh : Ibnu Abd Muis
Maka kita katakan:
Inilah judul yang terkesan lucu dan menggelikan yang ditulis oleh seorang ikhwani yang bernama Ibnu Abd Muis, yang cerpen ini lebih pantas diberi judul: "Yang penting nyikat salafi walau ku tulis cerpen dengan judul Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya".
Wahai Ibnu Abd Muis apa yang menjadi alasan dirimu untuk menulis cerpen dengan judul seperti diatas, apakah kamu tidak tahu jika benar ada ikhwan salafy yang menikah dengan akhwat tarbiyah bukan sekedar fiksi sebagaimana dengan judul cerpen yang kau tulis. Maka ketahuilah bahwa didalam pernikahan seorang wanita tidak dipaksa untuk menikah dengan ikhwan yang tidak disukainya baik didalam agamanya dan yang lainnya, termasuk didalam agamanya manhajnya, lalu mengapa engkau memberi judul dengan kata-kata merampas akhwatnya ini menunjukkan kebodohanmu disamping kebencianmu terhadap salafi, walaupun harus berlaku tidak adil dan terkesan dzolim. Simaklah sebuah hadist yang mungkin tidak pernah kau dengar selama engkau liqa' di firqah (kelompok) ikhwanul muslimin yang kau berada didalamnya, sebuah hadist yang dijadikan dalil bahwa seorang wanita tidak dipaksa untuk menikah dengan orang yang tidak disenanginya. Dari Abu Hurairah Radiyalallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shalallahu 'alaihi Wassalam bersabda:
"Tidak dinikahkan seorang janda sampai diminta persetujuaannya (harus ada perkataan yang jelas -penj), tidak dinikahkan seorang perawan sampai diminta izinya, mereka (para sahabat) berkata: bagaimana izinnya bersabda Rasulullah: Diamnya". (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkata Syaikh Shaleh Al-Fauzan Hafidzahullah:
"Hadits ini menunjukkan bahwa tidak ada paksaan bagi wanita baik itu perawan atau janda dan orang yang membedakan antara perawan dan janda bahwa mereka berkata: Perawan walinya dapat memaksanya dan janda tidak ada paksaan atasnya, pembedaan yang mereka katakan itu tidaklah benar". (Tashiilul Ilmaam Bifiqhil Ahaadist Min Bulugil Maram, Jilid 4 Kitab Nikah, hal 328)
Lihatlah wahai Ibnu Abd Muis tidak ada paksaan didalam pernikahan, seorang wanita tidak dipaksa untuk menikah dengan seseorang yang tidak disukainya, bahkan seorang wanita dimintai persetujuaannya atau izinnya, jika seorang janda maka harus ada persetujuan dengan perkataan yang jelas, adapun perawan diamnya ketika dimintai izin merupakan persetujuannya.
Maka ketika akhwat ikhwani menikah dengan ikhwan salafi, berarti dia telah memilih dan ridho bahwa ihwan salafi menjadi suaminya dan siap menjadi seorang salafiyah. Maka apakah pantas kau tulis cerpenmu dengan judul "Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya" kalau bukan karena kebodohanmu dan kebencianmu terhadap salafi, tanpa ada rasa dosa engkau berkata "Mengenai kata "RAMPAS", ini hanya judul kok, supaya lebih menarik.
Banyak kan cerita-cerita yang enggak seru terlihat heboh dengan judul yang spektakuler. Maksud ana begitu ternyata banyak juga yang kebakaran jenggot." (Salah satu jawaban Ibnu Abd Muis terhadap pemberi komentar no: 15). Inalillahi wainailaihi Rajiuun hanya karena ingin supaya lebih menarik dan heboh kau dzolimi saudaramu dari kalangan salafi dengan berlaku tidak adil kepada sudaranya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Qs. Al-Maidah: 8) Berkata Ibnu Katsier Rahimahullah:
"Janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum membuat kalian meninggalkan dari berbuat adil kepada mereka, tetapi berbuat adillah kepada setiap orang baik teman atau musuh". (Tafsier Ibnu Katsier pada ayat ini)
Ini menjadi bukti bagiku bahwa cerpen ini lebih pantas di beri judul "Yang penting nyikat salafy walau ku tulis cerpen dengan judul Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya" ini yang pertama.
Yang kedua: Dari penjelasan diatas maka lebih tepat cerpenmu kau beri judul "Sebagian akhwat ikhwani memilih ikhwan salafi menjadi suaminya" dikarenakan ketika mereka menikah dengan ikhwan salafi, mereka telah memilih dan ridha bahwa calon suaminya adalah seorang salafi dan siap menjadi salafiyah dan mendapat penjelasan tentang kesesatan firqah (kelompok) ikhwanul muslimin. Diantara salah satu kejadian nyatanya adalah apa yang dituturkan Oleh Abu Tilmidz: "Adapun yg terjadi pada ana adalah ana mendapatkan biodata akhwat yang rajin liqo dan ternyata ia juga meletakkan biodatanya di kajian Salafy dan analah yang menerima, ana suka dan terjadilah pernikahan.
Ketika taaruf ana katakan bahwa ana adalah salafy dan hendaklah ia mau menuntut ilmu, menghidupkan sunnah, melahirkan anak2 pembela ulama, dan menjauhi bid'ah. Dan ternyata istri ana setuju dan kini jadilah ia seorang Salafiyyin". (pemberi komentar ke 7 pada cerpen Ibnu Abd Muis).
Yang ketiga: Wahai ibnu Abd Muis, berapa orang atau ikhwan salafy yang engkau temui menikah dengan akhwat ikhwani, satu orang, atau dua, atau tiga....atau, apakah ini keadaan ikhwan salafy secara umum...??!!!, jawabnya jelas tidak, mungkin satu banding seribu, Lalu mengapa engkau memutlakkan dengan memberi judul seakan-akan ini keadaan ikhwan salafi kalau bukan karena kebodohan dan kebencianmu terhadap salafi, yang penting nyikat salafi walau jauh dari keadlian. Dan itupun seperti pada penjelasan point pertama mereka yang memilih ikhwan salafi dengan ridha dan senang bahwa calon suaminya adalah seorang salafi. Berbeda ketika ahlus sunnah memperingatkan ummat terhadap firqah (kelompok) ikhwanul muslimin yang engkau berada didalamnya. Mereka para ulama, masyaikh dan penuntut ilmu memperingatkan dengan berbagai penyimpangan yang benar ada didalam firqah (kelompok) ikhwanul muslimin, atau kondisi secara umun dari firqah (kelompok) yang engkau berada didalamnya. Kita ambil contoh, bahwa ikhwanul muslimin jamaah yang melalaikan dakwah tauhid dan melalaikan dari memperingatkan ummat dari syirik, inilah kondisi ikhwanul muslimin, di Indonesia, Yaman, Mesir Aljazair dan lainnya Berkata Syaikh 'Al 'Alamah Al Muhadist Abdul Aziz Bin Baaz Rahimahullah: "Harokah Ikhwanul Muslimin telah dikritik oleh para ahlul 'ilmi (ulama-penj) yang mu'tabar (terkenal) dikarenakan mereka tidak memperhatikan masalah da'wah kepada tauhid dan mengingkari syirik serta bid'ah. Mereka mempunyai cara tersendiri yang mengurangi semangat dalam dakwah kepada tauhid, dan tidak mengarahkan kepada aqidah yang shahih yang dimana dakwah ahlus sunnah berada diatasnya. Maka sewajibnya bagi Ikhwanul Muslimin untuk memperhatikan da'wah Salafiyah da'wah kepada tauhid, mengingkari ibadah kepada kubur-kubur, ketergantungan kepada orang mati dan meminta pertolongan kepada orang-orang yang sudah mati seperti Hasan, Husein, Badawi dan sebagainya. Wajib bagi mereka untuk mempunyai perhatian kepada perkara yang paling pokok ini, dengan makna Laa Ilaaha Illallah Karena inilah pokok agama dan sesuatu yang pertama kali didakwahkan oleh Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam di kota Mekkah berdakwah kepada tauhid kepada makna Laa ilaaha illallah, banyak dari kalangan ahlu ilmi (ulama -penj) mengkritik ikhwanul muslimin dalam permasalahan ini. Yaitu tidak adanya semangat dalam berdakwah kepada mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan ibadah kepadaNya. Dan mengingkari apa yang dilakukan orang-orang bodoh dari ketergantungan kepada orang mati dan memohon pertolongan kepadanya, bernadzar dan menyembelih kepada mereka, yang merupakan perbuatan syirik besar. Demikian juga mereka dikritik dengan tidak adanya perhatian kepada sunnah, kepada hadist yang mulia dan apa-apa yang salaful ummah (Rasulullah dan para sahabatnya) berada diatasnya dari hukum-hukum syariat". (Sebagaimana dalam majalatul Majalah edisi 806, dinukil dari Jam'u Sataat fiima Kutiba 'anil ikhwaani Minal Mulaahadhoot, Syaikh Abdullah Bin Muhammad An Najmy: 21)
Diantara buktinya para pembesar dan tokoh ikhwanul muslimin terjatuh kepada kesyirikan.
Berkata Syaikh 'Al 'Alaamah Ahmad Bin Yahya An Najmi Rahimahullah:
Dan akan kami sebutkan disini bahwa sebagian para pendiri mahnaj dakwah melakukan perbuatan syirik, mengakuinya dan membolehkannya dari selainnya, kita ambil contoh: Hasan Al Bana berkata di hari perayaan maulud Nabi pada malam hari pertama dari bulan Rabiul Awal:
Inilah kekasih bersama para kekasihnya telah hadir Mengampuni seluruh orang yang hadir dari dosa-dosa yang telah lalu dinukilkan perkataan ini oleh saudara kandungnya Abdurrahman Al Bana didalam kitabnya, Ahdaasu sha'anat At Taarikh.
Maka tidak boleh kita untuk mengambilnya sebagai imam, dikarenakan dia (Hasan Al Bana -penj) menyakini bahwasannya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam hadir dalam perayaan maulud mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka, demikianlah selainnya dari para pendiri (tokoh) manhajnya yang sebagian mereka terjatuh kedalam perbuatan syirik atau menyetujui selain mereka atas perbuatan syirik tersebut, disamping itu telah hadirnya Hasan Al Bana di monumen diantara monumen yang paling besar yaitu (Monumen syaidah Zaenab) tidak mengucapkan satu kalimat dan satu hurufpun untuk melarang dari perbuatan syirik kepada Allah.
Dan Umar Tilimsaani berkata: Tidaklah didalam berdoa kepada orang shaleh termasuk perbuatan syirik dan penyembahan terhadap berhala bahkan merupakan tabiat. Dan selain demikian itu dari apa-apa yang mempengaruhi mereka. (At Ta'liqaat 'Ala Al Ushulus Tsalasah Syaikh Ahmad Najmi Rahimahullah: 14)
Yang keempat: Inilah engkau, seorang yang terdidik didalam manhaj menyimpang yang tidak merasa berdosa dengan cerpen bohongmu ini, sebagaimana yang telah engkau katakan: "Ibn Abd Muis, menjawab: Wa'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Cerita ini hanyalah fiksi dan dilatarbelakangi dengan fakta yang terjadi di lapangan" (Salah satu jawaban ibnu Abd Muis terhadap salah satu pemberi komentar no 14 terhadap cerpennya), kenapa engkau menulis dengan sesuatu yang seakan-akan engkau alami padahal tidak, apa namanya ini kalau bukan dusta alias bohong dan fiksi.
Berkata Syaikh 'Al 'Alaamah Al Faqih Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin Rahimahullah:
"Bohong adalah mengkhabarkan sesuatu yang menyelisihi kenyataan baik itu dengan perkataan atau perbuatan". (Syarh Riyadhus Shaalihin Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin, jilid 1hal 135).
Kenapa engkau bermudah-mudahan dalam berbohong....!!! apakah karena yang penting nyikat salafi engkau menghalalkan segala cara walau dengan cerpen bohonmu itu. Naudzubillah. Tak ingatkah engkau atau engkau tidak tahu dalil-dalil tentang larangan berbohong, apakah murobimu tidak mengajarkanmu untuk tidak berbohong, kalau kondisimu seperti salah satu yang telah kusebutkan diatas penting bagiku untuk membawakan sebuah hadist larangan untuk berkata dusta atau bohong.
Dari Ibnu Masud Radiyallahu 'Anhu berkata, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Bahwa kejujuran mengantarkan kepada kebaikkan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga dan bahwasannya seorang senantiasa berkata jujur sampai ditulis disisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan bahwasannya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan mengantarkan kepada neraka dan bahwasannya seseorang senantiasa berkata bohong sampai ditulis disisi Allah sebagai pembohong". (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkata Syaikh Salim Bin Ied Al Hilali Hafidzahullah: "Faedah dari hadist ini adalah peringatan dari berbohong dan bergampang-gampang melakukannya dikarenakan bohong sebab dari seluruh kejelekkan". (Bahjatun Naadzirin Syarh Riyadhus Shaalihin, jilid 1 hal. 121)
Yang Kelima: Kemungkinan sebagian kecil Ikhwan Salafi yang menikah dengan akhwat ikhwani mereka melihat bahwa akhwat ini harus diselamatkan dari jamaah ikhwanul muslimin yang penuh dengan penyimpangan dan dia melihat serta merasa sanggup akan hal itu dikarenakan respon dari akhwat yang akan dinikahinya menerima kebenaran misalnya, atau siap menjadi salafiyah yang ditarbiyah dengan Al-Qur'an dan As Sunnah diatas pemahaman salafus shalih, atau seorang akhwat yang telah tahu kebenaran dan melihat penyimpangan jamaah ikhwanul muslimin yang dia berada didalamnya. Seharusnya kalian merasa senang seorang mendapat hidayah dengan meninggalkan jamaah ikhawanul muslimiin dan berpegang teguh kepada manhaj salaf. Bukankah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Tidak sempurna keimanan seseorang sampai mencintai untuk saudaranya, apa-apa yang dicintai untuk dirinya". (HR. Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas Bin Malik Radiyallahu 'Anhu)
Sebagaimana kalian merasa senang mendapat hidayah maka kalian seharus juga merasa senang jika ada akhwat ikhwani mendapat hidayah dengan meninggalkan kesesatan jamaah Ikhwanul muslimin. Jadi sangat sesuai sekali jika cerpenmu kau beri judul "Sebagian Akhwat ikhwani mendapat hidayah dengan sebab menikah dengan ikhwan salafy".

Selasa, 04 Oktober 2011

bela negara dalam hal L.H

Sikap positif warga negara dalam bela negara di lingkungan :
a. Keluarga
• Menghargai antar anggota keluarga
• Saling menghormati antar anggota kelurga
• Mengikuti/mematuhi aturan yang sudah di buat di rumah
• Saling membantu apabila sedang mengerjakan sesuatu
• Saling mendukung pada kegiatan yang sedang dilakukan`
• Menjaga nama baik keluarga
b. Sekolah
• Belajar dengan sungguh-sungguh
• Mematuhi peraturan sekolah
• Rajin mengerjakan PR dan Tugas Kelompok
• Ikut serta menjaga keamanan lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya
• Menjaga nama baik sekolah
c. MasyarakatContoh bentuk bentuk usaha bela negara• Mengikuti kegiatan Siskamling
• Ikut serta menanggulangi akibat bencana alam
• Ikut serta mengatasi kerusuhan massal
• Ikut serta konflik komunal
• Gotong royong
• Membuat organisasi misal :Karang Taruna
• Mengadakan organisasi LIMNAS yaitu berfungsi untuk menanggulangi akibat bencana alam dan bencana pada saat perang
• Mengadakan organisasi Keamanan Rakyat (KAMRA) yaitu partisipasi rakyat langsung dalam bidang keamanan
• Perlawanan Rakyat (Wanra),yaitu partisipasi rakyat langsung dalam bidang pertahanan
• Pertahanan sipil (Hansip),yaitu kekuatan rakyat yang merupakan unsur unsur perlindungan masyarakat pada saat menghadapi bencana saat perang
• Adapun di Bali yang di sebut Pecalang (orang yang sangat berperan dalam menjaga keamanan di lingkungan setempat)
d. Negara
• Menjaga nama baik bangsa dan negara
• Menjaga keutuhan dan keamanan negaraContoh bentuk bentuk usaha bela negara• Mematuhi peraturan perundang-undangan di suatu negara
• Menjaga ancaman dari negara lain karena negaran Indonesia termasuk negara yang sedang berkembang
• Melaksanakan penertiban
• Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
• Melaksanakan operasi militer selain perang
• Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah
• Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa
materi referensi:

Senin, 23 Mei 2011

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.

Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”

Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.

Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.

”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.

”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.

Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?

Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.

Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.

Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.

Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Lewat kata yang tak sempat disampaikan

Awan kepada air yang menjadikannya tiada

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *

Minggu, 22 Mei 2011

Cerita Misteri

Angin bertiup--serambi--melangkah--depan rumah--kunang-kunang--merinding--kursi bergoyang--lari.

Malam itu,suasana sangat sepi mencekam.Angin bertiup kencang sehingga serambi jendela rumahku bergerak melambai-lambai.Aku melangkah menuju depan rumah dan melihat sekeliling halaman,"sepi".Hanya terdengar suara cangkrik dan kunang-kunang yang kelap-kelip.Sekejap bulu kudukku berdiri dan seluruh tubuhku merinding disko.Karena aku ingat kata orang dulu,kunang-kunang itu berasal dari kuku orang yang sudah meninggal.Seketika aku diam tanpa kata.
Dan aku juga melihat kursi yang ada di ruang tamuku itu bergoyang sendiri.Tanpa fikir panjan,aku langsung lari entah kemana arahnya yang penting lari sekencang-kencangnya.Hingga akhirnya aku bertemu gengan temanku Rina yang sedang berdiri di gang yang sepi dan gelap.
"Hey...Rin,untung saja aku bertemu kamu.Ngapain malam-malam kamu ada di sini?"tanyaku dengan nafas terengah-engah.Tapi Rina tak sedikitpun membuka mulutnya dan menjawab pertanyaanku.
"Rin...Rina kenapa kamu diam saja?Rinapun menoleh kearahku tanpa kata dengan wajah yang pucat pasi.Dan tiba-tiba Rina berubah menjadi sesosok wanita berbaju putih panjang,dan berwajah menyeramkan.Aku juga melihat di situ,semua teman-temanku datang menghampiriku dengan wajah yang menyeramkan pula.Saking kagetnya aku pingsan dan lebih parahnya lagi ternyata aku tertidur di kursi depan rumahku.
HmmmmmmmmZzZz.........
Gak banyak pikir lagi,karena aku masih ngantuk banget jadi aku kembali ke kamar untuk meneruskan tidur lelapku.....
.ZzZzZZz.

Senin, 09 Mei 2011

geisha_cinta dan benci

bagaimana cara membuatmu bahagia
nyaris ku menyerah jalani semua
tlah berbagai kata ku ungkap percuma
agar kau percaya cintaku berharga

tak kuat ku menahanmu, mempertahankan cintaku
namun kau begitu saja, tak pernah merindu

reff:
sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa
membenci dirimu, sesungguhnya aku tak mampu
sulit untuk ku bisa, sangat sulit ku tak bisa
memisahkan segala cinta dan benci yang ku rasa

apa kau mengerti ku sedih sendiri
tanpa ada kamu ku merasa sepi

tlah lama ku menantimu, diam sendiri menunggu
setengah hati mencinta, ku sakit karenamu

Kembali ke reff

woo ooo ku sakit karenamu

sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa
membenci dirimu, sesungguhnya aku tak mampu
sulit untuk ku bisa, sangat sulit ku tak bisa
memisahkan segala cinta dan benci

sungguh aku tak bisa membenci dirimu
sesungguhnya aku tak mampu
sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa
memisahkan segala cinta dan benci ooo
cinta dan benci ooo yang ku rasa

Senin, 02 Mei 2011

SMPN1BOYOLANGU

SMPN 1 Boyolangu adalah sekolah kebanggaan saya.Di sekolah ini saya dapat belajar dengan enjoy dan dapat berbagi tawa dengan banyak teman.Sekolahnya yang sejuk dan bersih membuat saya bersemangat dalam melakukan KBM setiap hari.Karena sekolah saya sekolah ADIWIYATA.
Waktu pendaftaran saya tertarik untuk masuk kelas plus.Dan akhirnya tanpa fikir panjang saya mendaftarkan diri di kelas tersebut.Di kelas ini saya dapat belajar dengan sanjai dan enjoy,tentunya tidak membosankan.Dan saya tidak menyesal masuk di kelas Favorit.
Untuk melihat lebih lanjut mengenai kelas ini klik Kelas FAVORIT.doc

Minggu, 13 Februari 2011

Ayam Dengan Bebek

klik disini Bebek mulai angka suara kong batanya pa Ayam.

Bebek: “Ayam, ngana pe tolor harga brapa dang orang ja jual di pasar Karombasan?”
Ayam: “Kiapa lei ngana moo ondersuk tanya-tanya ta pe tolor pe harga so?”
Bebek: “Nyanda kwa, kita cuma tanya toohhh. Masak nembole tanya?”
Ayam: “Per butir kita pe tolor de pe harga Rp 1.450. Kalu ngana dang Bebek, berapa ngana pe tolor pe harga?”
Bebek: Ooh, kalu kita lebe mahal dari ngana. Ta pe tolor dorang jual Rp 1.500.”
Ayam: “Kong kiapa dang ngapa pe tolor lebeh mahal dari kita?”
Bebek: “Soalnya khan ta pe tolor lebeh basar daripada ngana pe tolor, toooh??”

Ayam ta badiang. Bebek langsung kase usul “menarik”…

Bebek: “Tagal itu kwa ngana Ayam, kaseh basar ngana pe tolor supaya lei ngana pe tolor mahal sama deng kita no. Sapa tau lei lebeh mahal.”

Ayam (dengan sewot): “Iiiihhhh, berenti lei… cuma deng tu 50 perak kong ta pe panta mo tarabe… Sori jo eeeee… !!!!!”