Beginilah kalau ditarbiyah dengan tarbiyah ikhwanul muslimin, jauh dari tarbiyah dan ilmu dien yang shahih (benar), sehingga melahirkan generasi seperti ibnu Abd Muis dan yang semisalnya, generasi yang jauh dari ilmu agama yang benar yang akhirnya berimbas pada setiap perkataan dan perbuatannya. Dilatarbelakangi kebodohan terhadap dien yang shahih dan kebencian terhadap salafi keluarlah sebuah cerpen yang jauh dari nilai ilmiah dan keadilan bahkan terkesan dzalim disebuah blog ikhwani, dengan judul " Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya ", sebuah cerpen yang seakan-akan mengumumkan bahwa penulisnya seorang yang sangat bodoh dan benci terhadap salafi sehingga menulis cerpen dengan judul dan tema seperti diatas. Berkata Syaikh Abdul Hamid Al Hajuri Hafidzahullah :
"Sebagaimana diketahui dari orang-orang yang Allah beri bashirah (ilmu) kepada kebenaran, sunnah dan jalannya salaf bahwasannya dakwah ikhwanul muslimin dibangun diatas kebodohan dari hari pertamakali dibangun". (An Nasihat Wal Bayan Lima Alahi Hizbi Ikhwan, Syaikh Abdul Hamid Al Hajuri : 65) Hadirnya tulisan ini insya Allah akan membuktikan apa yang telah saya utarakan pada pembukaan diatas dan sebuah penjelasan terhadap cerpen tersebut sebagai bentuk amar ma'ruf nahi mungkar dan nasehat kepada umat. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:
"Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar dan mereka itulah orang-orang yang beruntung". (Qs. Ali Imran: 104) Dari Abu Ruqayah Tamiim Bin Aus Ad-Daari bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassam bersabda:
"Agama adalah nasehat" kami (para sahabat) berkata untuk siapa wahai Rasulullah, Rasulullah berkata: Untuk Allah, Rasul Nya kitabNya, para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin seluruhnya". (HR. Muslim)
Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya Oleh : Ibnu Abd Muis
Maka kita katakan:
Inilah judul yang terkesan lucu dan menggelikan yang ditulis oleh seorang ikhwani yang bernama Ibnu Abd Muis, yang cerpen ini lebih pantas diberi judul: "Yang penting nyikat salafi walau ku tulis cerpen dengan judul Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya".
Wahai Ibnu Abd Muis apa yang menjadi alasan dirimu untuk menulis cerpen dengan judul seperti diatas, apakah kamu tidak tahu jika benar ada ikhwan salafy yang menikah dengan akhwat tarbiyah bukan sekedar fiksi sebagaimana dengan judul cerpen yang kau tulis. Maka ketahuilah bahwa didalam pernikahan seorang wanita tidak dipaksa untuk menikah dengan ikhwan yang tidak disukainya baik didalam agamanya dan yang lainnya, termasuk didalam agamanya manhajnya, lalu mengapa engkau memberi judul dengan kata-kata merampas akhwatnya ini menunjukkan kebodohanmu disamping kebencianmu terhadap salafi, walaupun harus berlaku tidak adil dan terkesan dzolim. Simaklah sebuah hadist yang mungkin tidak pernah kau dengar selama engkau liqa' di firqah (kelompok) ikhwanul muslimin yang kau berada didalamnya, sebuah hadist yang dijadikan dalil bahwa seorang wanita tidak dipaksa untuk menikah dengan orang yang tidak disenanginya. Dari Abu Hurairah Radiyalallahu 'Anhu bahwasanya Nabi Shalallahu 'alaihi Wassalam bersabda:
"Tidak dinikahkan seorang janda sampai diminta persetujuaannya (harus ada perkataan yang jelas -penj), tidak dinikahkan seorang perawan sampai diminta izinya, mereka (para sahabat) berkata: bagaimana izinnya bersabda Rasulullah: Diamnya". (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkata Syaikh Shaleh Al-Fauzan Hafidzahullah:
"Hadits ini menunjukkan bahwa tidak ada paksaan bagi wanita baik itu perawan atau janda dan orang yang membedakan antara perawan dan janda bahwa mereka berkata: Perawan walinya dapat memaksanya dan janda tidak ada paksaan atasnya, pembedaan yang mereka katakan itu tidaklah benar". (Tashiilul Ilmaam Bifiqhil Ahaadist Min Bulugil Maram, Jilid 4 Kitab Nikah, hal 328)
Lihatlah wahai Ibnu Abd Muis tidak ada paksaan didalam pernikahan, seorang wanita tidak dipaksa untuk menikah dengan seseorang yang tidak disukainya, bahkan seorang wanita dimintai persetujuaannya atau izinnya, jika seorang janda maka harus ada persetujuan dengan perkataan yang jelas, adapun perawan diamnya ketika dimintai izin merupakan persetujuannya.
Maka ketika akhwat ikhwani menikah dengan ikhwan salafi, berarti dia telah memilih dan ridho bahwa ihwan salafi menjadi suaminya dan siap menjadi seorang salafiyah. Maka apakah pantas kau tulis cerpenmu dengan judul "Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya" kalau bukan karena kebodohanmu dan kebencianmu terhadap salafi, tanpa ada rasa dosa engkau berkata "Mengenai kata "RAMPAS", ini hanya judul kok, supaya lebih menarik.
Banyak kan cerita-cerita yang enggak seru terlihat heboh dengan judul yang spektakuler. Maksud ana begitu ternyata banyak juga yang kebakaran jenggot." (Salah satu jawaban Ibnu Abd Muis terhadap pemberi komentar no: 15). Inalillahi wainailaihi Rajiuun hanya karena ingin supaya lebih menarik dan heboh kau dzolimi saudaramu dari kalangan salafi dengan berlaku tidak adil kepada sudaranya.
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Qs. Al-Maidah: 8) Berkata Ibnu Katsier Rahimahullah:
"Janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum membuat kalian meninggalkan dari berbuat adil kepada mereka, tetapi berbuat adillah kepada setiap orang baik teman atau musuh". (Tafsier Ibnu Katsier pada ayat ini)
Ini menjadi bukti bagiku bahwa cerpen ini lebih pantas di beri judul "Yang penting nyikat salafy walau ku tulis cerpen dengan judul Mengapa Kalian Rampas Akhwatnya Jika Kalian Benci Terhadap Manhajnya" ini yang pertama.
Yang kedua: Dari penjelasan diatas maka lebih tepat cerpenmu kau beri judul "Sebagian akhwat ikhwani memilih ikhwan salafi menjadi suaminya" dikarenakan ketika mereka menikah dengan ikhwan salafi, mereka telah memilih dan ridha bahwa calon suaminya adalah seorang salafi dan siap menjadi salafiyah dan mendapat penjelasan tentang kesesatan firqah (kelompok) ikhwanul muslimin. Diantara salah satu kejadian nyatanya adalah apa yang dituturkan Oleh Abu Tilmidz: "Adapun yg terjadi pada ana adalah ana mendapatkan biodata akhwat yang rajin liqo dan ternyata ia juga meletakkan biodatanya di kajian Salafy dan analah yang menerima, ana suka dan terjadilah pernikahan.
Ketika taaruf ana katakan bahwa ana adalah salafy dan hendaklah ia mau menuntut ilmu, menghidupkan sunnah, melahirkan anak2 pembela ulama, dan menjauhi bid'ah. Dan ternyata istri ana setuju dan kini jadilah ia seorang Salafiyyin". (pemberi komentar ke 7 pada cerpen Ibnu Abd Muis).
Yang ketiga: Wahai ibnu Abd Muis, berapa orang atau ikhwan salafy yang engkau temui menikah dengan akhwat ikhwani, satu orang, atau dua, atau tiga....atau, apakah ini keadaan ikhwan salafy secara umum...??!!!, jawabnya jelas tidak, mungkin satu banding seribu, Lalu mengapa engkau memutlakkan dengan memberi judul seakan-akan ini keadaan ikhwan salafi kalau bukan karena kebodohan dan kebencianmu terhadap salafi, yang penting nyikat salafi walau jauh dari keadlian. Dan itupun seperti pada penjelasan point pertama mereka yang memilih ikhwan salafi dengan ridha dan senang bahwa calon suaminya adalah seorang salafi. Berbeda ketika ahlus sunnah memperingatkan ummat terhadap firqah (kelompok) ikhwanul muslimin yang engkau berada didalamnya. Mereka para ulama, masyaikh dan penuntut ilmu memperingatkan dengan berbagai penyimpangan yang benar ada didalam firqah (kelompok) ikhwanul muslimin, atau kondisi secara umun dari firqah (kelompok) yang engkau berada didalamnya. Kita ambil contoh, bahwa ikhwanul muslimin jamaah yang melalaikan dakwah tauhid dan melalaikan dari memperingatkan ummat dari syirik, inilah kondisi ikhwanul muslimin, di Indonesia, Yaman, Mesir Aljazair dan lainnya Berkata Syaikh 'Al 'Alamah Al Muhadist Abdul Aziz Bin Baaz Rahimahullah: "Harokah Ikhwanul Muslimin telah dikritik oleh para ahlul 'ilmi (ulama-penj) yang mu'tabar (terkenal) dikarenakan mereka tidak memperhatikan masalah da'wah kepada tauhid dan mengingkari syirik serta bid'ah. Mereka mempunyai cara tersendiri yang mengurangi semangat dalam dakwah kepada tauhid, dan tidak mengarahkan kepada aqidah yang shahih yang dimana dakwah ahlus sunnah berada diatasnya. Maka sewajibnya bagi Ikhwanul Muslimin untuk memperhatikan da'wah Salafiyah da'wah kepada tauhid, mengingkari ibadah kepada kubur-kubur, ketergantungan kepada orang mati dan meminta pertolongan kepada orang-orang yang sudah mati seperti Hasan, Husein, Badawi dan sebagainya. Wajib bagi mereka untuk mempunyai perhatian kepada perkara yang paling pokok ini, dengan makna Laa Ilaaha Illallah Karena inilah pokok agama dan sesuatu yang pertama kali didakwahkan oleh Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam di kota Mekkah berdakwah kepada tauhid kepada makna Laa ilaaha illallah, banyak dari kalangan ahlu ilmi (ulama -penj) mengkritik ikhwanul muslimin dalam permasalahan ini. Yaitu tidak adanya semangat dalam berdakwah kepada mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan ibadah kepadaNya. Dan mengingkari apa yang dilakukan orang-orang bodoh dari ketergantungan kepada orang mati dan memohon pertolongan kepadanya, bernadzar dan menyembelih kepada mereka, yang merupakan perbuatan syirik besar. Demikian juga mereka dikritik dengan tidak adanya perhatian kepada sunnah, kepada hadist yang mulia dan apa-apa yang salaful ummah (Rasulullah dan para sahabatnya) berada diatasnya dari hukum-hukum syariat". (Sebagaimana dalam majalatul Majalah edisi 806, dinukil dari Jam'u Sataat fiima Kutiba 'anil ikhwaani Minal Mulaahadhoot, Syaikh Abdullah Bin Muhammad An Najmy: 21)
Diantara buktinya para pembesar dan tokoh ikhwanul muslimin terjatuh kepada kesyirikan.
Berkata Syaikh 'Al 'Alaamah Ahmad Bin Yahya An Najmi Rahimahullah:
Dan akan kami sebutkan disini bahwa sebagian para pendiri mahnaj dakwah melakukan perbuatan syirik, mengakuinya dan membolehkannya dari selainnya, kita ambil contoh: Hasan Al Bana berkata di hari perayaan maulud Nabi pada malam hari pertama dari bulan Rabiul Awal:
Inilah kekasih bersama para kekasihnya telah hadir Mengampuni seluruh orang yang hadir dari dosa-dosa yang telah lalu dinukilkan perkataan ini oleh saudara kandungnya Abdurrahman Al Bana didalam kitabnya, Ahdaasu sha'anat At Taarikh.
Maka tidak boleh kita untuk mengambilnya sebagai imam, dikarenakan dia (Hasan Al Bana -penj) menyakini bahwasannya Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam hadir dalam perayaan maulud mereka dan mengampuni dosa-dosa mereka, demikianlah selainnya dari para pendiri (tokoh) manhajnya yang sebagian mereka terjatuh kedalam perbuatan syirik atau menyetujui selain mereka atas perbuatan syirik tersebut, disamping itu telah hadirnya Hasan Al Bana di monumen diantara monumen yang paling besar yaitu (Monumen syaidah Zaenab) tidak mengucapkan satu kalimat dan satu hurufpun untuk melarang dari perbuatan syirik kepada Allah.
Dan Umar Tilimsaani berkata: Tidaklah didalam berdoa kepada orang shaleh termasuk perbuatan syirik dan penyembahan terhadap berhala bahkan merupakan tabiat. Dan selain demikian itu dari apa-apa yang mempengaruhi mereka. (At Ta'liqaat 'Ala Al Ushulus Tsalasah Syaikh Ahmad Najmi Rahimahullah: 14)
Yang keempat: Inilah engkau, seorang yang terdidik didalam manhaj menyimpang yang tidak merasa berdosa dengan cerpen bohongmu ini, sebagaimana yang telah engkau katakan: "Ibn Abd Muis, menjawab: Wa'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Cerita ini hanyalah fiksi dan dilatarbelakangi dengan fakta yang terjadi di lapangan" (Salah satu jawaban ibnu Abd Muis terhadap salah satu pemberi komentar no 14 terhadap cerpennya), kenapa engkau menulis dengan sesuatu yang seakan-akan engkau alami padahal tidak, apa namanya ini kalau bukan dusta alias bohong dan fiksi.
Berkata Syaikh 'Al 'Alaamah Al Faqih Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin Rahimahullah:
"Bohong adalah mengkhabarkan sesuatu yang menyelisihi kenyataan baik itu dengan perkataan atau perbuatan". (Syarh Riyadhus Shaalihin Syaikh Muhammad Bin Shaleh Al Utsaimin, jilid 1hal 135).
Kenapa engkau bermudah-mudahan dalam berbohong....!!! apakah karena yang penting nyikat salafi engkau menghalalkan segala cara walau dengan cerpen bohonmu itu. Naudzubillah. Tak ingatkah engkau atau engkau tidak tahu dalil-dalil tentang larangan berbohong, apakah murobimu tidak mengajarkanmu untuk tidak berbohong, kalau kondisimu seperti salah satu yang telah kusebutkan diatas penting bagiku untuk membawakan sebuah hadist larangan untuk berkata dusta atau bohong.
Dari Ibnu Masud Radiyallahu 'Anhu berkata, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Bahwa kejujuran mengantarkan kepada kebaikkan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga dan bahwasannya seorang senantiasa berkata jujur sampai ditulis disisi Allah sebagai seorang yang jujur. Dan bahwasannya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan mengantarkan kepada neraka dan bahwasannya seseorang senantiasa berkata bohong sampai ditulis disisi Allah sebagai pembohong". (HR. Bukhari dan Muslim)
Berkata Syaikh Salim Bin Ied Al Hilali Hafidzahullah: "Faedah dari hadist ini adalah peringatan dari berbohong dan bergampang-gampang melakukannya dikarenakan bohong sebab dari seluruh kejelekkan". (Bahjatun Naadzirin Syarh Riyadhus Shaalihin, jilid 1 hal. 121)
Yang Kelima: Kemungkinan sebagian kecil Ikhwan Salafi yang menikah dengan akhwat ikhwani mereka melihat bahwa akhwat ini harus diselamatkan dari jamaah ikhwanul muslimin yang penuh dengan penyimpangan dan dia melihat serta merasa sanggup akan hal itu dikarenakan respon dari akhwat yang akan dinikahinya menerima kebenaran misalnya, atau siap menjadi salafiyah yang ditarbiyah dengan Al-Qur'an dan As Sunnah diatas pemahaman salafus shalih, atau seorang akhwat yang telah tahu kebenaran dan melihat penyimpangan jamaah ikhwanul muslimin yang dia berada didalamnya. Seharusnya kalian merasa senang seorang mendapat hidayah dengan meninggalkan jamaah ikhawanul muslimiin dan berpegang teguh kepada manhaj salaf. Bukankah Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Tidak sempurna keimanan seseorang sampai mencintai untuk saudaranya, apa-apa yang dicintai untuk dirinya". (HR. Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas Bin Malik Radiyallahu 'Anhu)
Sebagaimana kalian merasa senang mendapat hidayah maka kalian seharus juga merasa senang jika ada akhwat ikhwani mendapat hidayah dengan meninggalkan kesesatan jamaah Ikhwanul muslimin. Jadi sangat sesuai sekali jika cerpenmu kau beri judul "Sebagian Akhwat ikhwani mendapat hidayah dengan sebab menikah dengan ikhwan salafy".
0 komentar:
Posting Komentar